Kamis, 23 Juli 2015

Hangatnya Malam Bersama Hik

Kedatangan hik, kependekan dari hidangan istimewa kampung, mewarnai lereng Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar. Keramaian dalam gerobak hik berlanjut setelah dini hari menghangatkan malam dengan tegukan wedang serta kudapan khas pedesaan dalam bar ala kampung ini.

Serupa serta bar, hik di senangi karena menyuguhkan aneka minuman yang menghangatkan tubuh. Tetapi, jangan cari minuman beralkohol pada sini. Minuman dalam sini terbuat dari racikan herbal, seperti jahe, kencur, dan secang. Warung hik sebenarnya banyak berhadapan pada sudut-sudut kota di Jawa Tengah, salah satunya yang sayang dilewatkan adalah Hick Gaul Pak Mul.

Warung Hick Gaul Pak Mul terletak dalam Jalan Lawu Karanganyar, satu kota 30 kilometer dari Kota Solo, Jawa Tengah. Buka dari pukul 17.00, antrean panjang sudah terlihat sesaat sebelum gerobak hik dibuka. Pengunjung diwajibkan menunggu sesudah nasi selesai dimasak. Sembari menunggu nasi dengan lauknya siap dihidangkan, mereka mengganjal perut dan aneka penganan.

Meski mengubah diri dan nama hick alias hidangan istimewa cah Karanganyar, ciri-ciri hik tradisional tetap kental dipertahankan. Di periode lampau, pedagang hik berkeliling kampung menjajakan wedang hangat dengan beragam camilan. Awalnya, penjual yang seluruhnya laki-laki tersebut memikul dagangan menyusuri jalanan pedesaan. Sembari berjualan merekapun meneriakkan tutur,”hik...!”

Satu pikulan hik berisi dandang air bertensi tinggi yang dijaga supaya selalu bertensi tinggi. Pikulan lain sesak tapi jajanan, mirip aneka gorengan, pisang rebus, kelepon, atau sate telur puyuh. Penjajanya berkeliling juga penerangan lampu teplok.

Dari pikulan, hik kemudian dijajakan dan gerobak dorong sebelum selanjutnya makin banyak mangkal dalam lokasi tertentu. Apabila wong Solo juga sekitarnya mengenal istilah hik, warga Yogyakarta juga Klaten menjuluki konsep ”bar” jalanan ini merupakan angkringan. Seorang hal yang serupa, hik ataupun angkringan menjajakan kesederhanaan makanan pedesaan yang murah.

Hick Gaul Pak Mul kini memilih berjualan dengan gerobak yang sekedar berfungsi merupakan simbol hik. Walau memperoleh roda, gerobak kayu ini cuma mangkal pada tepi alternatif. Kudapan yang tidak muat di gerobak lantas ditata pada meja panjang. Demi melayani konsumen yang terus membeludak setelah pukul 01.00, Hick Gaul ini mempekerjakan sampai 15 karyawan.

Pengunjung yang tidak tertampung di bangku panjang selingkungan gerobak lantas duduk lesehan pada trotoar yang ditutup terpal plastik. Sebab mangkal di depan rumah pemiliknya, teras rumah pun diubah menjadi tempat lesehan. Setiap hari, rata-rata 200 orang menggunakan santapan ala Hick Gaul Pak Mul. Pada habis pekan juga hari libur, jumlah pengunjung dapat membeludak lebih dari 500 orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar